Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makna Idul Adha :

 



























Menguatkan Kebersamaan dalam Menggapai Ridho Allah SWT

Kamis,  10 Dzulhijjah 1444 H / 29 Juni 2023 M

Wahyudin, NS. Pegiat Literasi, Praktisi Pendidikan dan Dakwah

 

الله اكبر. الله اكبر. الله اكبر. الله اكبر. الله اكبر. الله اكبر. . الله اكبر. الله اكبر. الله اكبر.

الله اكبر كبيرا. والحمد لله كثيرا. وسبحا ن الله بكرة واصيلا. لااله الا الله والله اكبر. الله

 اكبر ولله الحمد. الحمد لله الملك القهار. احمده سبحانه وتعالى على نعم تتوالى كا لامطار.

واشكره على متراد ف فضله المد رار. اشهد ان لااله الاالله وحده لا شريك له. واشهد ان

سيد نا محمدا عبده ورسوله النبي المختار. اللهم صل وسلم وبارك على سيد نا محمد

افضل من حج واعتمر. وعلى اله وصحبه الابرار. ام بعد. فيا ايهالمسلمون. التقو الله حق

 تقاته. ولا تموتن الا وانتم مسلمون.

                                                             Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillaahilhamd

Hadirin  Wal hadirot Rohimakumullah

 

Hari ini, Insya Allah tanggal 10 Zulhijjah 1444 H. Takbir, Tahlil, dan Tahmid berkumandang. Sebagai bukti mengagungkan kebesaran Allah SWT. Kita semua lemah, tanpa kekuatan dari Allah SWT. Kita semua tak berdaya, kecuali dikuatkan Allah SWT.  Karenanya, kalimatun thoyyibah harus terus kita gelorakan sepanjang masa, dengan harapan kehidupan kita selalu mendekat kepada Allah SWT.

Shalawat dan salam, kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW., yang suskes mereformasi zaman Jahiliyyah menjadi zaman berbasis tauhid. Telah menghantarkan umat, dari anti agama menjadi manusia selalu komitmen dengan agama, sehingga kita dicintai Allah SWT.

Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamd

Hadirin Wal Hadirot Jama’ah Idul Adha Rohimakumullah

Pada saat ini saudara-saudara kita, berdasarkan kuota Jama’ah Haji Indonesia 2023 berjumlah 229.000  orang, dari 2 juta jemaah  haji se-dunia sedang berada di Mina. Menuntaskan rangkaian Ibadah Haji. Setelah Wukuf di Arofah, bermalam di Muzdalifah, dan melontar Jumroh di Mina. Ibadah haji merupakan perjalanan spiritual. Diwajibkan bagi umat Islam yang telah merasa mampu dan dimampukan oleh Allah SWT. Allah SWT mengingatkan dalam Surat Al-Imran ayat 97:

ولله على الناس حج البيت من استطاع اليه سبيلا. ومن كفر فا ن الله غني عن العا لمين.

Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang telah mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Siapa mengingkari kewajiban Haji, maka sesungguhnya  Allah Maha Kaya dari semesta alam”.

Rasulullah SAW., telah memberi garansi kepada peraih  Haji Mabrur dengan sebuah Reward, yaitu Surga.

الحج المبرور ليس له جزاء الا الجنة.

Haji mabrur tidak ada pahala baginya kecuali surga”.HR. Bukhori Muslim

Hadirin Wal Hadirot Jamaah Idul Adha Rohimakumullah

Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamd

Narasi Idul Adha hari ini, sebuah peragaan pengorbanan Nabiallah Ibrahim AS. Akhirnya, disepakati bahwa perintah menyembelih Ismail AS diyakini merupakan perintah Allah SWT. Setelah berpikir mendalam di hari Tarwiyah, dan diyakini pada hari Arafah. Suatu bukti karakter Ibrahim AS sangat menghargai keluarga, anak dan istrinya.

 

Nabi Ibrahim mencoba menyatukan kecerdasan intelektualitas, dan tetap mengutamakan spiritualitas perintah agama. Secara akliyah, pasti menolak saat diperintahkan menyembelih anaknya Ismail AS. Tetapi karena perintah Allah, ternyata Ibrahim lebih mengutamakan agama. Dengan ikhlas dan ridho, menunaikan perintah Allah. Peristiwa ini, memberikan pelajaran berharga bagi seorang pemimpin, untuk menghargai kompetensi rakyat yang dipimpinnya. Memberi kesempatan untuk berkarya. Menghargai potensi rakyatnya. Bisa jadi lebih hebat dari pada pemimpinnya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allaahu Akbar Walillaahil Hamd

Ma’asyirol Muslimiin Wal Muslimat Rohimakumullah

Pengorbanan Nabiallah Ibrahim AS membuat kita semakin sadar, pada hakekatnya ujian keimanan  pasti akan terjadi pada diri kita. Hanya jenis ujiannya sangat beragam. Nabi Ibrahim memberikan pembelajaran kepada kita, segala yang kita miliki: Jiwa dan nyawa, raga dan harta, jabatan dan ilmu, bahkan semua yang kita miliki hanyalah titipan Allah SWT. Jadikanlah semua kepemilikan itu sebagai media Taqorrub Ilallah, sebagai upaya peningkatan iman, sehingga kita semua semakin dekat kepada Allah SWT.

Peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim dan Ismail dapat kita ambil  pelajaran dalam kehidupan beragama,  yaitu: Sikap rela berkorban, bertanggung jawab terhadap amanah Allah, dan sikap sabar dalam taat kepada Allah SWT. Akhirnya membuahkan  hasil indah, sebagai “Kholilullah” kekasih Allah.  Alquran mengingatkan kepada kita:

Innaa ‘Athoinaa Kal Kautsar. Fasholli Lirobbika Wan har. Innasyaa ni’aka huwal Abtar”. Allah SWT memberi ni’mat sangat banyak. Maka Shalat lah karena Tuhan Mu dan berkurbanlah. Sungguh orang yang membencimu, dia lah yang terputus dari Rahmat Allah SWT. (QS. Al Kautsar: (1-3).” Nabiallah Ibrahim, adalah Tuna Wisma,  tidak memiliki tempat tinggal. Namun beliau tetap giat ibadah. Pengorbanannya luar biasa. Beliau yakin, dengan mendekat kepada Allah, semua permasalahan hidup akan ada solusi terbaik.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillaahilhamd

Jama’ah Idul Adha Rohimakumullah

Esensi yang terkandung dalam Ibadah qurban, memberikan pelajaran, agar setiap pribadi memiliki empati sosial yang tinggi. Dengan berempati sosial, berarti kita merasakan denyut penderitaan orang lain. Sebagaimana jiwa Rasulullah SAW., selalu bergetar hatinya, ketika melihat penderitaan umatnya. Allah mengingatkan dalam Surat At-Taubah ayat: 28

لقد جاء كم رسول من انفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رؤو ف الرحيم.

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu. Sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu. Amat belas kasihan dan penyayang terhadap orang-orang mu’min”.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillaaahilhamd

Momentum Idul Adha, memberikan pelajaran kepada kita agar terus membangun kebersamaan. Puasa Sunat Tarwiyah dan Arofah Bersama. Bertakbir bersama. Mengurus hewan kurban bersama. Orang yang mampu, tentunya setiap tahun berkurban. Bila telah timbul kesadaran spiritual, maka pasti seseorang merasa wajib untuk berkurban. Merasa dimampukan untuk berkurban. Andaikan punya penghasilan 2 juta saja sebulan, dikalikan 12 bulan maka nominalnya 24 Juta pertahun. Disisihkan 3,5 juta untuk membeli seekor kambing atau patungan sapi. Pasti akan merasa mampu. Jangan sampai, setiap hari Raya Idul Adha tiba, dirinya merasa tidak mampu. Merasa belum sanggup untuk berkurban. Merasa berat untuk membeli kambing. Merasa belum cukup penghasilannya untuk berkurban. Kapan kita akan berkurban? Apakah menunggu hembusan napas terakhir? Nauzu billah. Maka sangat tegas yang dikatakan Rasulullah SAW: “Man kaana lahuu sa’atun Walam yudhohhi Falaa Yaqrobanna mushollaanaa”.

“Barangsiapa yang memiliki kelapangan (rizki) dan tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami”.HR.Ibnu Majah)

Hadits ini sangat tegas mengingatkan kita untuk berkurban. Bagi kita yang tahun ini berkurban, lanjutkan tahun depan. Bagi kita yang belum berkurban tahun ini, niatkan dengan bulat tahun depan berkurban dengan motivasi ikhlas. Insya Allah, Allah akan membukakan jalan rezeki. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.

Allahu Akbar Allahu Akbar Walillaahilhamd

Kaum muslimin Wal Muslimat yang disayangi Allah SWT

Agama Islam membelajarkan kepada kita untuk bersatu membela agama Allah. Silakan berorganisasi apapun. Silakan berjuang di ranah politik. Tetapi, tetap saja Iman menjadi prioritas utama. Agama harus menjadi tujuan hidup utama. Ikutilah para ulama. Karena ulama pewaris para Nabi. Jangan sampai, karena kita fanatik terhadap organisasi tertentu bisa menimbulkan perpecahan. Bahkan, karena kita taklid terhadap ulama tertentu, kita memusuhi umat lain. Mari kita laksanakan “farudduhu ilallahi warosuulih”. Kita kembali kepada Allah dan Rasulullah. Ikhtilaafu Ummatii Rohmatun. Perbedaan di antara umatku adalah Rohmat. Di Indonesia tahun 2023 ini, ada yang Idul Adha hari Rabu, ada pula kita laksanakan hari Kamis. Keduanya sama-sama tanggal 10 Zulhijjah. Bagi kita, harus kita yakini, kita sebagai muttabi. Melaksanakan ibadah berdasarkan ilmu yang ditetapkan para ulama. Yang penting bagi kita, rangkaian Idul Adha sudah kita laksanakan. Tanggal 8 Zulhijjah, kita puasa Sunnah Tarwiyah, 9 Zulhijjah puasa Arofah. 10 Zulhijjah hari ini kita lebaran Idul Adha. Saudara kita hari ini, sedang melontar Zumroh di Mina dengan mengucap “Bismillaahi Allahu Akbar”. Sebagai simbol menghancurkan syetan yang menjerumuskan manusia.

Allahu Akbar Allahu Akbar Walillaahilhamd

Pengorbanan apalagi yang dapat dipraktikkan bagi kita umat Islam? Diantaranya, sebagai orang tua harus ikhlas menyekolahkan untuk anak-anak setinggi-tingginya. Atau memasukkan anak-anak ke pesantren. Tentunya membutuhkan biaya tinggi. Yakinlah, untuk menuntut ilmu, Allah akan membukakan jalan. Kita bangga, bila ada keturunan kita yang hafal 30 Juz. Nanti di akhirat akan menerangi kubur orang tuanya. Bahkan sebagai syafaat yang menghantarkan jalan ke surga. Kita bangga, melihat anak cucu kita ahli komputer, pakar Pendidikan, sebagai Dokter, menjadi pemimpin di masyarakat. Dari ketua RT, Lurah, Camat, Bupati, Gubernur sampai menjadi Presiden. Tapi, semuanya harus menjadi pemimpin Islami. Tetap, menjadikan agama sebagai prioritas untuk memimpin. Maka akan melahirkan kebijakan hukum yang bertujuan demi kemaslahatan umat Islam. Bukankah Islam sebagai Rahmatan Lil Aalamiin. Masya Allah itulah hebatnya agama Islam.

Allahu Akbar Allahu Akbar Walillaahilhamd

Sebagai orang tua, kita wajib berkorban untuk mengontrol ibadah anak-anak kita. Apakah anak cucu kita selalu melaksanakan shalat lima waktu? Apakah keturunan kita selalu mendawamkan membaca Alqur’anulkariim? Apakah para orang tua, berani untuk membangunkan anaknya agar shalat subuh tepat waktu di masjid secara berjamaah? Pengorbanan inilah yang sangat berat. Untuk mewujudkan generasi akan datang menjadi generasi qur’ani. Berkualitas iman, ilmu dan amal. Kita harus khawatir, bila generasi kita selalu meninggalkan shalat. Generasi pendukung maksiat. Generasi pemabuk yang membangkang kepada orang tua. Tentunya kita sedih, bila hal ini terjadi. Allah SWT sangat tegas mengingatkan: “Wal yakhsyallaziina Law Tarokuu Min Kholfihim Zurriyyatan Dhiaafaa. Khoofuu Alaihim Falyattaqullaaha Walyaquuluu Qoulan Sadiidaa”. “Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Karenanya, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah mengucapkan perkataan yang benar”.(QS. Annisa:9)

Anak kecil yang hidup hari ini, nanti akan menggantikan posisi kita. Mereka akan menjadi imam besar di Masjid kota kita. Bisa jadi, mereka menjadi Imam di Masjidil Harom atau Masjid Nabawi di Madinah. Balita hari ini, 30 tahun akan datang menjadi khotib Idul Adha seperti hari ini. Mereka akan menjadi ahli zikir. Mereka akan menjadi Asatiz dan Ustaazaat mengisi taklim di masjid dan majlis taklim. Mereka menjadi Lurah dan Presiden Masa Depan. Inilah PR besar kita Bersama. Regenerasi harus terus berjalan. Generasi shalih dan shalihah menjadi kebanggan keluarga, masyarakat, dan bangsa di masa yang akan datang.

Allahu Akbar Allahu Akbar Walillaahilhamd

Inti prosesi ibadah haji. Wukuf di Arofah, bermalam di Muzdalifah, melontar jumroh di Mina, ditutup dengan tawaf ifadhoh. Semuanya mengutamakan kebersamaan. Satu keluarga bersama dalam nilai ke-Islaman. Semua kita sama tidak berdaya. Tidak punya apa-apa saat kita dilahirkan. Bahkan dalam keadaan telanjang, tak berbalutkan sehelai benang pun.  Hanya orang bertaqwalah akan diberikan kemuliaan oleh Allah SWT. Kita semua akan menjadi orang yang paling mulia, manakala kita bertaqwa kepada Allah SWT.

Kebersamaan dalam Ibadah Haji dan Idul Adha, membelajrkan kita semua, untuk hidup bersama. Coba bayangkan, andai ada diantara kita yang esok atau lusa meninggal dunia. Apakah kita yang akan mengkapani sendiri? Menyolatkan dan memakamkan sendiri? Tentunya kehadiran orang lain sangat kita harapkan. Nanti, saat kita berada di alam kubur, rindu sekali bacaan fatihah dari anak cucu dan saudara kita. Hebatnya ajaran agama Islam. Orang yang masih hidup, bisa berkomunikasi kepada orang yang sudah meninggal, dengan doa dan doa. Inilah dahsyatnya agama Islam. Tetap membangun kebersamaan hingga ajal menjelang.

Momentum Idul Adha, mengingatkan kepada kita, bahwa harta dan jabatan jangan menjadi tujuan utama dalam hidup. Karena semuanya akan kembali kepada Allah SWT. Ketika kita meninggal dunia, semuanya kita tinggalkan, yang kita bawa hanya amal ibadah. Perbuatan baik yang kita kerjakan menjadi garansi menuju surganya Allah SWT.

Allahu Akbar Allahu Akbar Walillaahilhamd

Dari uraian Khutbah singkat hari ini, dapat kita simpulkan;

Pertama: Ibadah haji merupakan Ibadah puncak bagi umat Islam. Insya Allah, mulai 2022 dan seterusnya dibuka kembali untuk umat Islam berhaji dan Umroh. Berhaji dan Umroh, ada pengorbanan uang. Kesiapan ilmu yang mumpuni. Sehat jasmani dan rohani, karena dalam prosesnya dibutuhkan kekuatan fisik dan mental. Ibadah haji merupakan bentuk penghambaan totalitas hamba kepada Sang Kholik, yang menjadikan para Hujjaj menjadi Sosok mabrur.

Kedua: Pengorbanan, harus tetap kita lakukan sesuai kemampuan; baik korban harta, tenaga dan pikiran, bahkan jika dibutuhkan siap berkorban jiwa. Para pahlawan kusuma bangsa telah rela berkorban dalam mengusir penjajah Belanda dan Jepang. Dengan mentalitas seperti inilah, kebersamaan akan terwujud, dan Insya Allah, umat Islam Akan kuat. Jangan sampai bagai buih di lautan.

Allaahu akbar, Allaahu Akbar, Walillaahil Hamd

Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah SWT

Akhirnya, marilah kita berdo’a kepada Allah SWT., dengan harapan kehidupan kita selalu  dihiasi dengan Iman. Sehingga kita semua mampu berkurban, baik harta, pikiran dan jiwa. Akhirnya, kita berharap kepada Allah SWT semoga akhir dari kehidupan kita dalam keadaan Husnul Khotimah. Aamin ya Robbal Aalamiin. Allahu Akbar. Allahu Akbar Walillaahilhamd.

با رك الله لي ولكم فى القران الكريم. ونفعني واياكم بما فيه من الآيت والذكر الحكيم. تقبل الله منا ومنكم تلا وته انه هو الغفو ر الرحيم.











Posting Komentar untuk "Makna Idul Adha :"